Kupang, swaratimor.co.id – Kasus kematian ibu hamil di Nusa Tenggara Timur masih terbilang tinggi. Penyebab kematian ibu hamil di NTT, yakni pendarahan dan keterlambatan rujukan ke fasilitas kesehatan. Hal ini terungkap dalam program Momentum USAID yang menggelar temu media di Kupang, Jumat (22/4/2022).

Tampil sebagai narsumber dalam acara ini, Kepala Dinas Kesehatan NTT Meserasi Ataupah, staf khusus gubernur NTT, Stef Bria, Perwakilan Pemkab Rote Ndao, Jermi Haning, perwakilan Momentum Country and Global Leadership, Djoko H. Sutikno, Perwakilan 2H2 Flores Timur, Scolastika Konsita Nino, Rm. Emanuel S.B.Hurint, Pr dan kepala desa Lambanabi Flores Timur, Nelis.

Kepala Dinas Kesehatan NTT, Meserasi Ataupah dalam paparannya mengakui kasus kematian ibu hamil dan bayi baru lahir di NTT mengalami kenaikan pada tahun 2021.

“180-an sampai 200 kasus kematian ibu hamil tahun 2021. Kematian bayi juga mengalami kenaikan tahun 2021 dan penyebabnya itu kebanyakan adalah pendarahan dan keterlambatan rujukan,” kata Meserasi secara virtual.

Data yang disampaikan Meserasi dalam kesempatan ini berdasarkan perhitungan program, dimana angka kematian ibu (AKI) tercatat 198/100 ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 45/1000 kelahiran hidup (KH). Sedangkan data Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yang disampaikan mantan Kadis Kesehatan Kabupaten Kupang ini menunjukkan, AKI di NTT 539/100 ribu kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi tercatat 45/1000 kelahiran hidup.

Sementara Momentum Country and Global Leadership, Djoko H. Sutikno dalam paparannya, menjelaskan setiap tahun Indonesia kehilangan 15.362 ibu dan 75.555 bayi baru lahir karena penyebab yang dapat dicegah.

“Dengan menggunakan bukti dan praktik terbaik, Amerika Serikat dan Indonesia meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, dan membantu masyarakat tetap sejahtera,” kata Djoko.

Dikatakan, melalui program Momentum, USAID bermitra dengaan Kementerian Kesehatan berupaya meningkatkan pendekatan yang telah terbukti dapat meningkatkan hasil kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta memperkuat system kesehatan Indonesia.

“Program ini bertujuan untuk menurunkan kematian karena penyebab yang dapat dicegah pada ibu dan bayi di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di seluruh Kabupaten/Kota di NTT dan memilih Kabupaten/Kota di empat Provinsi dengan angka Kematian Ibu Bayi (KIB) tinggi, yakni Sumatra Utara, Banten, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Di 30 Kabupaten/Kota tersebut, program Momentum emberikan dukungan 30 rumah sakit dan 300 Puskesmas,” ungkap Djoko.

Djoko H.Sutikno

Djoko berharap ada perbaikan dalam hal pelayanan kesehatan kepada Ibu hamil guna menekan angka kasus kematian ibu dan anak di NTT.

“Ada tiga hal dalam pelayanan ini, pertama perbaikan kapasitas pelayanan. Mutu pelayanannya, supaya ibu hamil datang ditolong sesuai standar pelayanan kesehatan yang bermutu. Kemudian kedua, perbaikan system rujukan. Bagaimana proses rujukan dari rumah distabilkan dulu sebelum dirujuk sehingga ke rumah sakit tidak dalam keadaan darurat yang perlu penanganan yang cepat. Ketiga, memperbaiki data seperti yang disampaikan Pak Kepala Dinas tadi sehingga mengambil keputusan berdasarkan data. Jadi kita akan memperbaiki semuanya supaya yang meninggal itu ketahuan penyebabnya,” jelas Djoko lagi.

Djoko menambahkan, kondisi geografis bumi Flobamorata NTT ditambah infrastruktur yang belum baik disemua daerah menjadi kendala tersendiri buat USAID dalam upaya menekan kasus kematian ibu dan anak di NTT. Karena itu, tahun ini pihaknya akan membuat Rumah Sakit Umum Prof. W.Z. Yohanes Kupang, Rumah Sakit TC Hiller Sikka dan Rumah Sakit Umbu Rara Meha di Pulau Sumba menjadi mentor bagi rumah sakit yang lain di NTT.

“Kalau mereka (rumah sakit) dikembangkan, ditingkatkan kemampuannya dalam hal pelayanan berkualitas, diharapkan mereka bisa menularkan kepada rumah sakit-rumah sakit lain di NTT. Jadi ketika USAID pergi, kita berharap rekan-rekan di NTT sudah punya kemampuan untuk membantu meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit lain di NTT,” tambah Djoko. (epo)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: