Kupang, swaratimor.co.id – Indeks literasi termasuk literasi finansial di NTT masih tergolong rendah. Karena itu, masyarakat perlu berhati-hati dalam berinvestasi.

Rendahnya indeks literasi dan permintaan agar masyarakat waspada saat berinvestasi ini terungkap dalam seminar Literasi Finansial dan “Teologi” Uang Dalam Aneka Perspektif yang diselenggarakan mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, Sabtu (18/6/2022) di Hotel Cahaya Bapa Naikoten Kupang.

“Data yang saya lihat tadi malam Indeks Pembangunan Manusia Literasi NTT ada di angka 11,8 persen sedangkan tingkat minat membaca di NTT tahun 2021 berada di tingkat angka 63.  Sementara data nasional tahun 2019, menunjukkan indeks literasi atau pemahaman masyarakat Provinsi NTT mengenai produk dan jasa keuangan hanya sebesar 27,82%,” kata Christo Emu Pemimpin Redaksi (Pemred) Harian Timex saat tampil sebagai salah satu narasumber. 

Menurut pria berambut putih yang juga mantan wartawan Cendana Pos ini, rendahnya literasi di NTT ini dipengaruhi banyak factor, seperti minimnya sarana dan prasarana termasuk ketersediaan internet yang belum merata di semua daerah di NTT. Sementara rendahnya indeks literasi finansial, Christo mengatakan, lembaga keuangan perlu bertanggungjawab terhadap rendahnya literasi finansial di NTT ini. Sebab peran media hanya menyajikan fakta yang terjadi.

Seminar ini menghadirkan 4 pembicara, yakni Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT dengan topik Pandangan OJK dan Aneka Produk Lembaga Keuangan yang Kredibel; Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank NTT, Hilarius Minggu dengan topik  Pandangan dan Aneka Produk Bank NTT serta Tantangannya dalam Persaingan Lembaga Keuangan di Provinsi NTT; Pater Gregor Neonbasu SVD, P.hD (Antropolog/Dosen Pascasarjana IAKN Kupang) dengan topik Peran dan Kontribusi Teologi-Antropologis Kristen dalam Mendukung Gerakan Literasi Finansial di Provinsi NTT; Pdt. Dr. Nelman A. Weny, M.Th (Dosen Pascasarjana IAKN Kupang) dengan topik Perubahan Sosial dalam Perspektif Teologis untuk Mendukung Gerakan Literasi Finansial dan Teologi Uang di Provinsi NTT; dan Kristo Embu (Pemimpin Redaksi Harian Pagi Timor Express Kupang) dengan topik Pandangan, Peran dan Kontribusi Media Massa Pers dalam Mendukung Gerakan Literasi Finansial dan Teologi Uang di Provinsi NTT.

POSE BERSAMA – Panitia seminar dan narasumber pose bersama. (*)

Sementara perwakilan OJK NTT, Dedi dalam dalam kesempatan ini menjelaskan, OJK NTT memiliki bidang edukasi dan perlindungan konsumen guna meningkatkan literasi finansial bagi masyarakat NTT.

“Tugas pokok bidang ini adalah melakukan edukasi kepada masyarakat, baik secara virtual maupun tatap muka,” katanya.

Terkait literasi, dia mengatakan, beberapa minggu terakhir ini OJK NTT mendapat laporan soal maraknya investasi illegal.

“Investasi ini sangat penting untuk kita ketahui, mana yang legal dan illegal karena jangan sampai masyarakat itu terjebak dan dirugikan. Masyarakat dapat membuka aplikasi sikapiuang atau menghubungi 0811 5715 7157 untuk mengetahui legal atau tidaknya sebuah investasi,” jelasnya.

Dikatakan, sepanjang tahun 2014-2020 jumlah kerugian yang dialami masyarakat akibat investasi illegal tercatat Rp114,9 triliun.

“Banyak sekali kerugian yang dialami masyarakat akibat pemilihan investasi yang salah atau ketidaktahuan. Ciri-ciri investasi illegal yang pertama adalah menjanjikan keuntungan yang tidak wajar dalam waktu yang cepat. Kedua, menjanjikan bonus perekrutan. Ketiga, memanfaatkan tokoh-tokoh masyakarat,” ungkap Dedi.

Dia menambahkan, pihak OJK NTT sedang menggalakkan semboyan 2L, yakni Legal dan Logis. Legal yaitu masyarakat mengetahui legalitas suatu investasi yang ditawarkan. Dengan mengetahui identitas sesuatu yang ditawarkan bisa diketahui investasi yang mau diikuti tersebut legal atau tidak.

“Logis ini penting karena kalau kita tidak bisa menilai suatu investasi itu logis atau nggak maka kita akan terjebak. Contoh yang sekarang lagi booming di NTT itu AGT yang pernah melakukan sosialisasi di hotel Aston. Berdasarkan data Satgas waspada investasi, AGT itu masuk dalam daftar investasi illegal,” papar Dedi lagi.

Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank NTT, Hilarius Minggu mengaku, staf Bank NTT telah masuk ke berbagai sekolah untuk melakukan edukasi terkait literasi finansial ini. Namun jika yang diukur adalah jumlah nasabah maka akan sulit terlihat sebab tidak semua orang memiliki uang untuk menabung.

Hilarius Minggu mengungkapkan, dengan motto melayani lebih sungguh maka Bank NTT juga telah berupaya untuk membantu Pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan di bumi Flobamorata.

“Kita punya produk Kredit Merdeka tanpa anggunan. Tahap pertama Rp5 juta. Ini untuk membantu masyarakat untuk mengembangkan usahanya dan ini salah satu usaha Bank NTT menurunkan kemiskinan di daerah ini,” kata Hilarius Minggu.

Seminar yang diselenggarakan mahasiswa Pascasarjana IAKN Kupang ini dimoderatori, Dr. Lanny Koroh, M.Hum, Dosen Pascasarjana IAKN Kupang serta dihadiri peserta yang terdiri dari pelajar/siswa, mahasiswa S1 dan S2 serta  paguyuban kelompok doa.(epo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: