Kupang, swaratimor.co.id – Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT tahun 2023 diperkirakan terus meningkat mencapai 4,31% – 5,11 %. Peningkatan ini sejalan dengan semakin terkendalinya penyebaran Covid-19 dan pelonggaran kebijakan pembatasan oleh Pemerintah sehingga mengakselerasi aktivitas ekonomi masyarakat ditengah persiapan tahun politik 2023-2024.
Hal ini dikatakan Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja kepada wartawan pada acara media gathering di Kupang, Selasa (10/1/2023).
“Pertumbuhan ekonomi NTT bisa berhasil jika TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi) 417 ribu hektar terwujud tahun ini dan Pemerintah daerah harus bisa memprogramkan sejumlah kegiatan yang mendorong ekonomi tahun 2023 ini. Jika berhasil maka ekonomi NTT berada pada angka 4,31 persen-5,11 persen,” kata Nyoman di Resto Popeye Kupang.
Nyoman yang akan dipindah tugaskan ke kantor pusat BI di Jakarta ini lebih jauh menjelaskan, sejumlah faktor pendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT, yaitu Pertanian, Perdagangan, Akmamin dan Konstruksi.
“Bidang Pertanian, program TJPS kemitraan dengan target luas panen mencapai 105 ribu hektar tahun 2023. Kemudian, perluasan program food estate Sumba Tengah 15 ribu hektar, Belu 5 ribu hektar, Bena 7.215 hektar. Optimalisasi pemanfaatan bendungan Napun Gete, Raknamo dan Rotiklot, pengembangan ekosistem peternakan dan rumput laut dengan pola kemitraan,” jelas Nyoman.
Dalam kesempatan ini Nyoman juga menjelaskan tentang proyeksi inflasi Provisni NTT tahun 2023.
Dia mengatakan, tahun 2022 inflasi Provinsi NTT mencapai 6,65% year on year (yoy), lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebesar 1,67% (yoy). Kemudian pada tahun 2023, inflasi Provinsi NTT diperkirakan akan melandai dan diperkirakan akan berada pada 2,91% – 3,91% (yoy) atau kembali pada rentang sasaran 3+1%.
“Faktor pendorong inflasi Provinsi NTT tahun 2023 antara lain pandemi Covid-19 yang semakin melandai sehingga mendorong semakin meningkatnya aktifitas perekonomian, disisi lain laju inflasi NTT juga diperkirakan tertahan oleh meningkatnya suku bunga BI7DRR yang menurunkan ekspektasi inflasi masyarakat, keberlanjutan GNPIP dan KAD program Pemerintah lainnya serta tarif angkutan udara yang melandai seiring dengan high-based effect di tahun 2022,” terang Nyoman lagi.(epo)