Oelamasi, swaratimor.co.id – Memperingati Hari Kesehatan Nasional ke – 60 tahun 2024 dengan tema Gerak Bersama, Sehat Bersama, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang melaunching Integrasi Layanan Primer (ILP) yang merupakan salah satu pilar transformasi sistem kesehatan yang di fokuskan pada kebutuhan kesehatan.
Kegiatan ini ditandai dengan pemukulan gong dan penandatanganan momentum ILP oleh Penjabat Bupati Kupang, Alexon Lumba bersama lintas sektor, diantaranya Dinkes Provinsi NTT, Dinkes Kabupaten Kupang, BPJS Kesehatan kabupaten Kupang. Acara launching ILP ini berlangsung di Puskesmas Batakte, Selasa (12/11/2024).
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Penjabat Bupati Kupang, Alexon Lumba mengatakan, pasca disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang kesehatan, pemerintah kini sedang memfinalkan Rencana Induk Bidang Kesehatan (RIBK) yang akan berfungsi sebagai haluan bersama dalam membangun kesehatan di seluruh Indonesia.
Dikatakan, RIBK harus diacu oleh Pemerintah Pusat dan daerah dalam merencanakan, menganggarkan, dan mengimplementasikan program kesehatan di wilayahnya.
Menurut Budi Sadikin, Pemerintah pusat tidak mampu melakukannya sendiri. “Hanya dengan sinergi dan kolaborasi yang erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh elemen masyarakat, pilar transformasi kesehatan dapat kita tegakkan menuju perubahan yang lebih baik,” katanya.
Dalam kesempatan ini Pj. Bupati Kupang, Alexon Lumba mengucapkan selamat Hari Kesehatan Nasional ke 60 bagi seluruh tenaga kesehatan di Kabupaten Kupang.
“Momentum hari kesehatan ini diharapkan semakin memperkuat semangat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Puskesmas Batakte menjadi role model bagi puskesmas lain di Kabupaten Kupang,” kata Alexon.
“Puskesmas yang ada di Kabupaten Kupang tidak perlu belajar jauh-jauh soal pelayanan kesehatan terbaik tingkat puskesmas di pulau jawa, disini sudah ada Puskesmas Batakte, bisa lakukan studi tiru disini. Kita seharusnya bisa mentransformasi apa yang diperoleh di tempat yang tepat untuk di tiru,” sambungnya.
Alexon mengapresiasi pelaksanaan ILP di Puskesmas Batakte yang memperhatikan mulai dari SDM, peralatan, jejaring dan banyak hal. Dan fokus pelayanan ILP adalah mendekatkan pelayanan dan perlu menjadi perhatian.
Selain itu, menurut Alexon Lumba, para Camat di Kabupaten Kupang bisa meminimalisir hal-hal yang terjadi di bidang kesehatan, diantaranya penurunan stunting menjadi perhatian bersama.
Ditegaskannya bahwa dirinya tidak akan menandatangani persetujuan melanjutkan study bagi tenaga kesehatan yang ditempatnya bertugas angka stuntingnya masih tinggi. Kecuali kepada nakes yang angka stunting rendah, dirinya akan berikan persetujuan. “Prioritaskan dahulu derajat kesehatan manusia. Apa gunanya kita pergi sekolah sementara masyarakat masih banyak yang sakit, angka stuntingnya masih tinggi. Waktu kita lamar kerja bersedia ditempatkan dimana saja, bukan bersedia untuk melanjutkan sekolah,” ungkapnya.
PHC Specialis USAID Momentum, Melky Saudila dalam sambutannya menyatakan Integrasi Layanan Primer (ILP) dimulai dari Puskesmas Batakte, puskesmas dengan akreditasi madya.
“Ada beberapa tingkatan dari puskesmas dan paling tinggi adalah akreditasi paripurna. Tapi Puskesmas Batakte dapat jalankan ILP secara paripurna dan mendapat penghargaan dari Kementerian Kesehatan,” terangnya
Sebagai mitra pemerintah, Melky mengaku bangga bisa implementasikan ILP di Puskesmas Batakte. Sebab penerapan ILP ini adalah sesuatu hal yang baru karena baru di launching secara nasional pada bulan Agustus tahun lalu.
“ILP Untuk bisa jangkau sampai ke desa, butuh aplitudo yang kuat, karena saat ini belum cukup masyarakat dan fasilitas kesehatan di desa yang paham, mereka lebih fokus pada kuratif/pengobatan penyakit, dibandingkan dengan preventif. Mencegah lebih baik daripada mengobati,” jelasnya.
Menurutnya, Puskesmas Batakte layak disebut sebagai center of excellence. Menjadi pilot project untuk penerapan ILP. Puskesmas ini standar pelayanan sudah mencapai standar pelayanan paripurna untuk ILP di tingkat puskesmas. Misalkan diantaranya penempatan tenaga medis, 9 (sembilan) tenaga kesehatan dasar, 2 (dua) orang tenaga kesehatan yang harus ada di pustu, 2 (dua) nakes, 1 (satu) bidan, 1 (satu) perawat harus ada di pustu.
“Memang tidak mudah butuh waktu. Implementasi ini jadi sempurna kalau dalam puskesmas sudah ILP, pustu sudah ILP dan seluruh posyandunya sudah jalan ke siklus hidup,” jelas Melky.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, Yoel Laitabun, menyampaikan pihaknya telah bekerjasama dengan USAID Momentum melakukan pendampingan dan pembinaan kepada Puskesmas Batakte.
Puskesmas Batakte adalah puskesmas model ILP yang diharapkan menjadi tempat belajar dari puskesmas-puskesmas lain di Kabupaten Kupang.
“Di Batakte mereka dapat mengambil contoh atau belajar karena sistem pelayanan kesehatannya berbasis siklus hidup sejak 15 Feb 2024. Dua pustu yang sudah implementasi ILP yaitu pustu Manulai dan pustu Oematnunu,” kata Yoel.
Ia menerangkan, pelayanan kesehatan berbasis siklus hidup ini sudah dilakukan pencatatan melalui rekam medik elektronik dan melalui aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK) dan Puskesmas Batakte tahun ini menerima penghargaan dari Kementerian Kesehatan sebagai puskesmas terbaik layanan primer kategori puskesmas terpencil tingkat nasional yang diserahkan secara langsung oleh Menteri Kesehatan RI pada 17 Okt 2024 di kegiatan Launching Pedoman Puskesmas.
Hadir pada kesempatan ini, Kepala BPJS Kabupaten Kupang, para Camat dan Kepala Puskesmas se-Kabupaten Kupang, Kepala Desa/Lurah se-Kecamatan Kupang Barat, Pimpinan Bank NTT Unit Batakte, Kapolsek, Danramil Kupang Barat dan undangan lainnya.(epo)