Oleh : Verry Guru
(Mahasiswa Program Doktor STT IKAT Jakarta)
SELAMA kita masih bernafas dan melakoni hidup dan kehidupan di dunia yang fana ini maka tidak ada alasan apapun untuk tidak berjuang. Apalagi sebagai seorang aktivis yang terdidik. Kita harus terus berjuang untuk mengatakan (sesuatu) dan menulis yang benar, jujur, dan adil. Meski hasil dari perjuangan tersebut, terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Itulah seninya hidup. Hidup yang selalu diperhadapkan dengan aneka kepentingan yang sarat dengan tipu daya alias tipu muslihat; termasuk kepentingan dalam memperjuangkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
Konsep yang Universal
Muncul pertanyaan reflektif, apa faedah atau manfaatnya tatkala kita berjuang untuk menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan? Karena, kebenaran, kejujuran, dan keadilan merupakan tiga konsep yang saling terkait dan sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan fakta atau kenyataan.
Kejujuran adalah sifat berkata benar dan bertindak jujur dalam segala hal. Sedangkan keadilan adalah perlakuan yang adil dan setara terhadap semua orang. Ketiga konsep ini saling melengkapi dan menjadi landasan bagi terciptanya masyarakat yang harmonis dan beradab.
Ketiga konsep ini harus selalu ada dan menjadi landasan pijak yang kokoh bagi pribadi-pribadi yang berintegritas tinggi. Paling tidak ada tiga variabel dalam konsep kebenaran yakni : pertama, kebenaran adalah kesesuaian antara pengetahuan dan realitas; kedua, mencari kebenaran adalah upaya untuk memahami dunia dan diri sendiri dengan benar; dan ketiga, kebenaran seringkali menjadi dasar bagi pengambilan keputusan yang tepat dan efektif.
Variabel dalam konsep kejujuran meliputi: kejujuran adalah sifat jujur dalam perkataan dan perbuatan; kejujuran membangun kepercayaan dan integritas diri; orang yang jujur cenderung lebih dipercaya dan dihormati; serta kejujuran adalah fondasi utama untuk membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Sedangkan variabel dalam keadilan antara lain : keadilan merupakan perlakuan yang sama dan setara terhadap semua orang; keadilan memastikan bahwa setiap orang mendapatkan hak-haknya; keadilan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang; dan keadilan juga mencakup penegakkan hukum dan norma-norma sosial. Karena itu, sesungguhnya ada hubungan yang erat antara kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
Kejujuran merupakan jalan menuju kebenaran. Artinya, dengan berkata jujur, kita sebenarnya akan lebih mudah menemukan kebenaran. Di sisi yang lain, keadilan membutuhkan kejujuran. Karena tanpa kejujuran, keadilan akan sulit ditegakkan. Selanjutnya, kebenaran, kejujuran, dan keadilan saling melengkapi dan membentuk dasar yang kuat bagi kehidupan yang lebih baik.
Lalu mengapa kebenaran, kejujuran, dan keadilan itu sangat penting di dalam hidup dan kehidupan ini ? Karena di dalam kebenaran, kejujuran, dan keadilan tercipta atau terbangun kepercayaan dalam hubungan sosial; terciptanya lingkungan yang harmonis dan damai; penegakkan hukum dan norma-norma sosial; dan mendorong pembangunan masyarakat yang adil dan beradab. Spirit ini senafas dengan sila kedua Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan beradab.” Artinya, setiap individu atau manusia berhak untuk membela kebenaran serta mendapatkan keadilan karena pada dasarnya memiliki derajat yang sama. Juga keadilan; baik dalam bentuk sosial melalui distribusi kekayaan, atau dalam bentuk keadilan retributif atas tindak pidana, sepenuhnya bergantung pada kebenaran.
Untuk bertindak adil, kita harus mengetahui kebenaran dalam situasi tertentu, dan harus berusaha mencapai tolok ukur definitif tentang apa yang benar-benar adil. Karena sesungguhnya, kebenaran membebaskan kita dari rasa takut dan kuatir. Kita tidak dapat mengubah apa yang telah terjadi di masa lalu, tetapi kita dapat belajar darinya untuk melangkah maju dengan lebih berhati-hati. Dengan menghadapi kebenaran tentang diri sendiri, orang lain, dan dunia, kita memperoleh pengetahuan yang memberdayakan kita untuk membuat keputusan yang lebih baik terutama untuk diri sendiri .
Landasan Alkitabiah
Perjuangan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan juga secara eksplisit ada tertulis di dalam Alkitab. Misalnya, dalam Injil Yohanes 8:32 berbunyi, “Dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Ayat ini merupakan janji dari Yesus kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Kebenaran yang dimaksud di sini bukan sekadar pengetahuan intelektual, tetapi kebenaran yang berasal dari Yesus sendiri, yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup.
Dengan mengenal dan menerima kebenaran ini, seseorang akan dibebaskan dari belenggu dosa dan kesalahan, serta mengalami kebebasan sejati. Jadi, Yohanes 8:32 mengajarkan bahwa melalui pengenalan akan Yesus dan kebenaran yang Ia bawa, setiap orang dapat mengalami kemerdekaan sejati dari dosa dan kuasa kegelapan, serta hidup dalam kebebasan yang sejati.
Yang menarik dan berkesan juga ada di dalam Injil Matius 5:37. Bunyinya adalah: “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.” Artinya, ayat ini menekankan pentingnya kejujuran dan kebenaran dalam perkataan. Cukup katakan “ya” jika benar dan “tidak” jika tidak benar. Tidak perlu menambahkan sumpah atau pernyataan lain yang berlebihan, karena hal itu dianggap berasal dari yang jahat atau dari si iblis atau setan. Karena itu, jika kita tumbuh dengan diajari bahwa kebenaran, kejujuran, dan keadilan adalah hal mulia maka dengan itu kita akan merasa sendirian di sudut ruangan, ditemani segelas kopi yang sudah dingin. Sebab dunia ini lebih senang pada kata-kata manis yang dibungkus ketulusan palsu daripada kebenaran, kejujuran, dan keadilan yang datang tanpa pita. Ibarat anak kecil yang lebih memilih permen daripada obat—padahal yang satu menyembuhkan dan yang lain hanya membuat gigi rusak.
Dari situlah kita belajar, bahwa kebenaran, kejujuran, dan keadilan bukan soal moral tinggi, melainkan tentang memilih hidup dengan tenang di dalam kepala sendiri. Mungkin kita akan kehilangan banyak undangan, banyak tawa basa-basi, banyak genggaman yang tak sungguh-sungguh. Tapi kita akan memperoleh satu, dua orang yang memiliki integritas dan melihatmu tanpa topeng—dan itu lebih dari cukup. Kita tak butuh keramaian, kita hanya butuh seseorang yang tak pergi ketika semua sudah sunyi. Pada akhirnya, kebenaran, kejujuran, dan keadilan adalah seperti malam yang gelap dan sepi tapi jernih. Tak banyak lampu, tapi bintang-bintang terlihat lebih jelas.
Dalam hidup yang cepat ini, di mana semua orang ingin disukai, berani memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan keadilan adalah tindakan yang nyaris revolusioner dan tak banyak orang memilihnya. Barangkali tak banyak teman yang datang. Tapi yang datang—itulah teman yang sejati.
Belajar dari Elang
Usaha dan upaya memperjuangakan dan menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan harus terus dilakukan meski ada begitu banyak onak dan duri yang siap menghadang. Namun dalam dunia langit, hanya satu burung yang cukup berani menggangu elang yakni burung gagak.
Ia tak menyerang dari depan tapi menempel di punggungnya, mencakar dari belakang, mencoba mengalihkan fokus, menguras tenaga. Tapi elang tidak melawan, tidak menoleh ke belakang. Elang sangat tahu bahwa pertarungan bukan soal siapa yang paling berisik. Tapi siapa yang paling tinggi terbang.
Ia (elang) tak terjebak dalam permainan yang bukan levelnya. Ia hanya membentangkan sayap dan naik. Semakin tinggi, semakin sunyi. Di ketinggian itu udara mulai menipis. Si gagak kehabisan nafas. Akhirnya ia terlepas terlepas dan jatuh dengan sendirinya. Bukan karena elang membalas tapi karena ia tak mampu bertahan di level yang bukan untuknya. Begitu juga dalam hidup, akan ada yang datang hanya untuk menguji kesabaranmu, menyentil egomu, mencoba menyeretmu ke level yang bukan milikmu.Karena itu, jangan bereaksi. Jangan turun hanya karena terganggu. Naiklah. Naik dengan kualitasmu. Naik dengan ketenanganmu. Naik dengan karya bukan kata. Karena di titik tertinggi yang tak kuat niatnya akan gugur dengan sendiri. Kamu elang. Dan elang tak tunduk pada gangguan. Ia hanya terbang lebih tinggi.
Belajar dari cerita si elang di atas maka tidak ada kata menyerah untuk berjuang menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan meski ancaman pidana penjara ada di depan matamu ! (*)