Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena dan Bupati Kupang, Yosef Lede (Kiri) di acara puncak Peringatan HUT PGRI ke-80 dan Hari Guru Nasional ke-31 Tahun 2025.(Ist)

Kupang, swaratimor.co.id – Tugas tambahan yang sering diterima Guru bukanlah hal baru. Sebab secara historis, Guru di Indonesia berbeda dengan guru di Singapura, Malaysia, maupun Eropa. Di negara lain, Guru murni sebagai tenaga pendidik, sementara di Indonesia, Guru adalah bagian dari sejarah perjuangan dan kebangkitan bangsa. Bahkan sampai sekarang, banyak Guru yang masih banyak membantu masyarakat memahami pertanian, peternakan, dan perkebunan.

Gubernur Nusa Tenggara Timur, Emanuel Melkiades Laka Lena, mengatakan hal ini saat menghadiri acara puncak Peringatan HUT PGRI ke-80 dan Hari Guru Nasional ke-31 Tahun 2025 yang digelar pada Kamis (27/11/2025) di Auditorium Universitas Nusa Cendana (Undana).

Kegiatan tahun ini mengusung tema “Guru Bermutu Indonesia Maju Bersama PGRI Wujudkan Indonesia Emas”. Rangkaian peringatan telah berlangsung sejak 5 hingga 27 November, meliputi lomba paduan suara, pertandingan futsal, bola voli, serta jalan sehat. Sekitar 5.000an Guru dari PGRI Kabupaten Kupang, PGRI Kota Kupang, dan PGRI Provinsi NTT hadir memeriahkan acara tersebut.

Turut hadir Bupati Kupang Yosef Lede, Ketua PGRI Provinsi NTT Semuel Haning, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Ambrosius Kodo, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Dumuliahi Djami, serta Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kupang, Marthen Rahakbauw, dan unsur Forkopimda.

Gubernur Melki menyampaikan, dalam sejarah pergerakan bangsa, PGRI telah menegaskan posisinya sebagai organisasi perjuangan.

“Tidak banyak organisasi di negeri ini yang sejak awal berdirinya berjalan seiring dengan perjuangan bangsa,” katanya. 

Potong tumpeng di puncak peringatan HUT PGRI ke-80 dan Hari Guru Nasional ke-31 Tahun 2025>(Ist)

Gubernur Melki menegaskan bahwa sejak awal PGRI tidak hanya berperan dalam mendidik anak-anak, tetapi juga menjadi wadah perjuangan bangsa.

“Sebagai organisasi perjuangan, PGRI tidak hanya menjadi ujung tombak dalam bidang pendidikan, tetapi juga berperan dalam berbagai aspek yang menyertai perjalanan Republik, termasuk dinamika yang dihadapi Nusa Tenggara Timur pada masa kini. Karena itu, tugas tambahan yang sering diterima Guru bukanlah hal baru, sebab secara historis Guru di Indonesia berbeda dengan guru di Singapura, Malaysia, maupun Eropa. Di negara lain, Guru murni sebagai tenaga pendidik, sementara di Indonesia, Guru adalah bagian dari sejarah perjuangan dan kebangkitan bangsa. Bahkan sampai sekarang, banyak Guru yang masih banyak membantu masyarakat memahami pertanian, peternakan, dan Perkebunan,” terangnya.

 “Terima kasih yang setulus-tulusnya atas seluruh karya, dedikasi, pengabdian, dan loyalitas yang tidak tercela dari semua Guru-Guru se-Provinsi NTT,” ucapnya.

Mantan anggota DPR RI ini menyampaikan, Pemerintah Provinsi NTT mengelola anggaran sekitar Rp.5,6 triliun, dan hampir setengahnya yakni Rp.2,6 triliun dialokasikan untuk sektor pendidikan. Hal ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam memajukan dunia pendidikan di provinsi ini.

Gubernur juga berpesan agar para Guru tidak hanya berfokus pada tugas akademik, tetapi turut memperkuat pembentukan karakter dan moral peserta didik. Ia mendorong penerapan nilai-nilai kewirausahaan sejak dini melalui konsep one school, one product sebagai sarana pembelajaran kemandirian dan kreativitas.

Sementara itu, Ketua PGRI Provinsi NTT, Semuel Haning, dalam sambutannya menegaskan bahwa selama 80 tahun PGRI telah menjadi rumah besar bagi para guru di seluruh Indonesia. Ia menyebut PGRI dan pemerintah merupakan mitra yang bersama-sama merumuskan kebijakan pendidikan dan memperjuangkan kepentingan Guru.

“Pemerintah dapat membuat regulasi, tetapi Gurulah yang menjadi tombak pelaksana kebijakan pendidikan di lapangan,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya perlindungan negara terhadap profesi Guru. “Ada guru yang dilaporkan ke Polisi karena mendisiplinkan murid, ada pula yang diseret ke Pengadilan hanya karena persoalan kecil. Hari ini kita tidak boleh diam. Kita harus menyatakan dengan tegas bahwa negara harus hadir melindungi Guru, memberikan jaminan kesejahteraan, serta memastikan para Guru dapat bekerja tanpa rasa takut. Guru bukan objek kriminalisasi,” tegasnya.

Ia juga berharap pemerintah terus memperhatikan kesejahteraan Guru, khususnya Guru honorer, serta menyediakan peningkatan kompetensi yang layak bagi seluruh pendidik.

Pada kesempatan tersebut turut dilakukan penganugerahan gelar kehormatan “Pahlawan Pendidikan” kepada almarhumah Rosalia Rerek Sogen, seorang Guru asal Flores yang meninggal dunia saat menjalankan tugas di Papua akibat penyerangan KKB. Selain itu, diserahkan pula santunan duka kepada keluarga almarhumah. Penghargaan dan santunan tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur NTT bersama Bupati Kupang.

Kemudian diberikan pula piagam penghargaan kepada para pemenang tingkat nasional, yaitu pemenang kedua kategori Pengawas Sekolah Berdedikasi di Daerah 3T Tahun 2025, serta pemenang ketiga kategori Guru SMA, SMK, dan SLB Berdedikasi di Daerah 3T Tahun 2025.

Acara ditutup dengan ajakan Gubernur Melki kepada seluruh peserta untuk bersama-sama menyanyikan lagu Himne Guru sebagai bentuk penghormatan kepada para pendidik di seluruh Tanah Air.(gus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: