Kupang – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), Senin (7/2/2022)  menerima rombongan pengurus Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI NTT periode 2022-2026 yang dipimpin Ketua Asprov PSSI NTT, Christian Mboeik.

Dalam kesempatan ini Gubernur VBL, menyatakan  Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Provinsi Nusa Tenggara Timur harus dibangun dengan paradigma baru. Karena semua institusi bahkan manusia itu sendiri  sedang menuju ke peradaban yang inklusif, yang memiliki sikap terbuka, humanis, toleran, mau menerima orang lain dan bebas dari kekerasan.

Asprov PSSI NTT harus tampil beda dengan organisasi olahraga yang lain agar kinerja  perubahan  dan pembaharuan paradigma olahraga sepakbola di Nusa Tenggara Timur sebagai media persemaian paradigma peradaban yang tinggi. Peradaban tinggi yang dimaksudkan disini  agar sepak bola dijadikan media untuk menguji keterampilan sepakbola dengan itu sebagai pantulan dari cara berpikir dan cara berbudaya manusia. Sepak Bola haruslah menampilkan seni bermain bola, karena dengan seni bermain bola para pemain menampilkan kebudayaan bermain bola dengan peradaban yang tinggi.

“Jangan sepak bola sebagai ajang tarung fisik, tarung berkelahi atau tarung permusuhan. Tetapi tanding sepakbola adalah tanding kematangan peradaban para pemain dan pelatihnya. Saya ingin menyaksikan permainan sepak bola dengan kultur dan peradaban yang tinggi karena penampilan bermain bola yang indah dan seni,” ujar Gubernur VBL seperti dilansir Biro Administrasi Pimpinan Daerah Setda NTT dalam rilisnya.

Gubernur VBL mengaku bermimpi agar kedepannya  bukan organisasi PSSI yang dikenal luas atau para pengurus PSSI yang dikenal luas oleh masyarakat, tetapi para pemain sepak bola Nusa Tenggara Timur yang direkrut secara objektif profesional oleh Asprov PSSI NTT.

Gubernur VBL mengatakan, dirinya mengenal banyak sekali jenis olahraga dan organisasi olahraga di level nasional maupun internasional. Antara lain, organisasi dan pengurus sepak bola Barca di Barcelona dan Valencia di Spanyol merupakan teman-teman dekatnya. “Pengurus dan pemilik Valencia itukan tinggal di Singapura. Dia salah satu orang sangat kaya di Singapura. Kita biasa ajak diskusi dengan mereka dalam konteks sebagai sahabat pencinta sepak bola,” ujarnya.

Pada kesempatan itu ditegaskan berulang kali bahwa hendaknya Asprov NTT mendorong maksimal seluruh para pemain di berbagai pelosok Nusa Tenggara Timur. Mereka  diajak dan didorong untuk meningkatkan kapasitas dan ilmu bermain bola, agar mereka sanggup mengeksplorasi seluruh kemampuan individualnya dalam satu formasi tim yang serasi.

Menurut Gubernur Viktor, sepak bola tidak hanya dimengerti sebagai sebuah cabang olahraga fisik dalam organisasi tim, tetapi sepakbola juga sebagai panggung peradaban manusianya, arena peradaban provinsi, dan gambaran peradaban negara. Di dalam olahraga setiap manusia hendak mengekspresikan atau mengaktualisasikan dirinya sendiri sembari memantulkan peradaban diri manusia. Karena itu hindarilah budaya kekerasan di dalam arena sepak bola.

“Jangan baru main lima belas menit, lalu diikuti baku pukul hanya karena yang disepak bukan lagi bola, melainkan kaki orang, lalu berkelahi. Dan, kemudian berkelahi tidak lagi hanya antar para pemain, malah meluas menjadi perkelahian antar penonton dan suporter. Ini memperlihatkan peradaban sepak bola kita masih rendah,” katanya lagi.

Menurut Gubernur VBL, dalam setiap pertandingan, antara lain  pertandingan sepak bola, selalu akan membuahkan hasil kalah menang. Kalah menang adalah risiko yang pasti mungkin terjadi, sehingga setiap pemain haruslah berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan.

“Kalah itu memang sakit, tetapi tidak menerima kekalahan itu pasti jauh lebih sakit. Itulah tanda para pemain menjadikan bermain sebagai permainan yang dipersungguh,” tandas Gub VBL.

Terkait lapangan sepak bola, Ketua Asprov PSSI NTT, Christian Mboeik, mengatakan, lapangan sepak bola memang tersedia di hampir semua kabupaten di Nusa Tenggara Timur. Tetapi kualitas lapangan masih belum memadai. Karena itu selama kepengurusannya  4 tahun ke depan, dia akan fokus mengurus selain konsolidasi organisasi, tetapi juga pembinaan sepakbola dan pembenahan lapangan harus juga dilakukan agar para calon pemain sepakbola dapat melakukan latihan dan pertandingan sesuai standar-strandar minimal.

Nampak hadir pada pertemuan tersebut Kepala Dinas  Pemuda dan Olaraga NTT, Hildagadris Bria Seran, Staf Khusus Gubernur Bidang Politik, Demokrasi dan Pemerintahan, Imanuel Blegur, dan Pius Rengka selaku Staf Khusus Gubernur Bidang Komunikasi Publik.  (epo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: