Kupang, swaratimor – Pandemi Covid-19 belum berakhir, Pemerintah dan masyarakat NTT sudah dipusingkan lagi dengan munculnya penyakit demam berdarah dengue atau yang popular dengan singkatan DBD. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti itu sudah menyerang 1155 warga NTT, dimana 8 diantaranya telah meninggal dunia.

Jumlah kasus DBD dan warga NTT yang meninggal akibat virus dengue ini terungkap dalam pertemuan Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas) yang digelar Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT, Selasa (15/2/2022).

Kegiatan Bakohumas yang digelar di Aula Hotel Sasando Kupang tersebut mengambil thema “Langkah-Langkah Mitigasi dan Percepatan Penanganan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Di NTT”.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir dua pemateri utama yaitu Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT, Erlina Salmun dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang, Orson Genes Nawa dan dimoderatori oleh Kepala Biro Administrasi Pimpinan Daerah Setda NTT, Prisila Q. Parera.

Gubernur NTT dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Asisten Administrasi Umum Sekda Provinsi NTT, Semuel Halundaka, menyampaikan apresiasi kepada Biro Administrasi Pimpinan Setda Provinsi NTT,  yang menyelenggarakan Bakohumas tersebut,  untuk menggerakan semua pihak agar bersama  berupaya untuk dapat mencegah dan menanggulangi demam berdarah yang mengancam kesehatan manusia.

“DBD dapat menyerang semua kalangan usia, tidak hanya anak-anak, tapi juga orang dewasa. Penyakit ini lebih rentan menyerang anak-anak karena daya tahan tuhuh yang tidak sekuat orang dewasa. Penyakit ini juga dikenal juga sebagai penyakit menular berbasis lingkungan, yang artinya ditimbulkan juga oleh faktor lingkungan yang tidak ditata dan diperhatikan kebersihannya,” jelas Semuel Halundaka.

“Upaya pencegahan harus dimulai dari individu masing-masing dan setiap rumah tangga. Perbiasakanlah hidup bersih dan tingkatkan pencegahan penyakit dengan baik. Itu harus jadi budaya hidup kita, bukan hanya untuk terhindar dari DBD tetapi juga dari penyakit lainnya,” ungkap mantan Sekretaris Dinas Kesehatan,  Dukcapil Provinsi NTT tersebut.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NT, Erlina Salmun mengungkapkan, data periode Januari hingga 13 Februari 2022, terdapat 8 orang meninggal dunia akibat DBD.

“Dalam data perkembangan kasus dan kematian DBD di Provinsi NTT Periode Januari – 13 Februari 2022, terdapat 1155 kasus dengan persebaran Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 212 kasus, Kota Kupang sebanyak 208 kasus, Sikka sebanyak 156 kasus dan Sumba Barat Daya 104 kasus. Serta terdapat 8 orang yang meninggal dunia dengan persebaran masing-masing Kabupeten Nagekeo 1 orang , Sikka 1 orang, Ngada 3 orang, Kota Kupang 1 orang, Sumba Barat Daya 1 orang, dan Sumba Tengah 1 orang,” jelas Erlina.

Ia menjeaskan, pada musim hujan, angka penyakit demam berdarah melonjak tinggi dan bila tidak dikendalikan dengan baik,  maka dapat dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) bagi daerah yang kasus terjangkit atau kematiannya cukup tinggi.

“Semua pihak harus melakukan pencegahan dan pengendalian dengan berkoordinasi lintas sektor. Juga perlu ada satgas penanganan DBD di setiap kabupaten/kota. Serta masyarakat gencar melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang nyamuk seperti bak mandi dan lain-lain serta dengan 3M Plus,” kata Erlina.

Juga perlu menyikapi adanya gigitan nyamuk diluar rumah maka diharapkan dimasa pandemi ini tetap dilakukan pemantauan dan pembasmian jentik dan PSN serta ketersediaan sarana dan prasarana di faskes untuk penanganan DBD.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Kupang, Orson Genes Nawa, menjelaskan salah satu hal utama dalam penanganan DBD adalah kebersihan lingkungan yang harus wajib dierhatikan.

“Harus kita sadari, penyakit ini juga disebabkan kebersihan lingkungan. Nyamuk akan berkembang biak bila ada banyak tumpukan samoah yang dibiarkan apalagi dengan air hujan yang tertampung di sampah-sampah tersebut. Budaya lingiungan bersih harus dimiliki oleh semua orang,” jelasnya.

“Kesadaran kita masih kurang untuk kebersihan lingkungan kita. Banyak yang masih buang sampah sembarangan, padahal sudah disiapkan tempatnya. Maka hal-hal seperti ini jangan lagi terjadi sehingga bila lingkungan bersih maka masyarakat juga akan sehat,” tambah Orson yang juga mantan Kadis Perikanan Kota Kupang ini. (nur)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: