Kupang, swaratimor.co.id – Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) juga sudah ada dalam lembaga gereja. Namun KKN dalam lembaga gereja dibungkus rapih menggunakan ayat Alkitab.
Hal ini diungkapkan Pendeta Dr. Nelman A. Weny, M.Th seorang Dosen Pascasarjana IAKN Kupang saat tampil sebagai pemateri dalam seminar Literasi Finansial dan “Teologi” Uang Dalam Aneka Perspektif yang diselenggarakan mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang angkatan 2021, Sabtu (18/6/2022) di Hotel Cahaya Bapa Naikoten Kupang.
“Dari perspektif teologis alkitabiah, Alkitab juga berbicara tentang uang. Semua kegiatan entah itu dari jaman Romawi kuno, Yunani kuno, Babilonia kuno dengan versi masing-masing, orang Antropologi yang lebih tahu tapi uang itu sudah ada. Bahkan sampai Yesus, Paulus dan gereja sampai sekarang ini pakai uang untuk melayani. Ketika uang dibawa masuk ke ranah teologi, signifikasinya apa? Signifikasinya uang selalu disembah, diidolakan, uang bisa jadi Tuhan dan bisa menggantikan Tuhan. Karena itu saya bilang teologinya dalam tanda petik. Itu catatan klarifikasi pertama. Yang kedua, hampir pasti belum ada tulisan di Indonesia yang berbicara tentang teologi uang. Literatur-literatur asing, Inggris yang saya dapatkan ada sekitar 809 yang secara eksplisit bicara tentang uang misalnya God and Money dan cara mengelola uang milik Tuhan. Tapi secara spesifik belum ada. Kenapa ini menjadi topik (Teologi uang) karena ribut-ribut, perpecahan gereja perkelahian para gembala, semuanya itu sebenarnya kalau jujur akarnya ada tiga. Kekuasaan, harta gono-gini karena gereja jadi perusahaan dan ketiga itu adalah masalah uang. Tapi uniknya dilingkungan keagamaan, ribut-ribut tentang uang, korupsi dan seterusnya, cara pembungkusnya sangat rapih. Kalau di dunia teologi, dunia gerejawi, korupsi, nepotisme dan sebagainya, dia punya bungkusnya adalah ayat alkitab, ayat kitab suci. Semua itu berkat Tuhan. Titik disitu. Nah kalau sudah omong berkat pasti dikasih. Pak Pendeta mohon diterima ini ada berkat Tuhan. Padahal yang disebut berkat Tuhan itu cuma sedikit, cuma satu titik tapi yang diambil sebagai milik pribadi itu miliaran,” ungkap Pendeta Nelman saat mengklarifikasi tema seminar.
Pendeta Nelman yang membawakan materi dengan tema Perubahan Sosial dalam Perspektif Teologis untuk Mendukung Gerakan Literasi Finansial dan Teologi Uang di Provinsi NTT lebih jauh menjelaskan, tiga kondisi obyektif factual saat ini yakni penyakit gila kerja, gila pakai dan gila belanja atau penyakit konsumerisme. Cara mengatasi penyakit ini yakni dengan etika dan moralitas Kristen sehingga cara mencari dan mendapatkan uang juga dilakukan secara benar.
Dosen Terkejut
Dosen Pascasarjana IAKN Kupang yang juga dosen penasehat akademik IAKN Kupang, Dr. Lanny Koroh, M.Hum mengaku, sangat terkejut karena mahasiswanya mampu menggelar seminar ini.
“Saya sebagai salah satu dosen IAKN Kupang, juga sekaligus dosen penasehat akademik sesungguhnya saya diberikan kejutan-kejutan. Saya sesungguhnya tidak percaya bahwa mereka mau membuat suatu seminar dengan suatu tema yang luar biasa ini. Pada saat Pak Verry Guru dan tim datang, saya kaget. Saya sempat bilang kamu ini cari gara-gara sekali. Kamu punya duit berapa sih mau buat kegiatan. Terus berani sekali, sombong sekali mau buat kegiatan di sebuah hotel lagi. Saya bilang ini kamu cari gara-gara jadi saya sebenarnya tidak mau menanggapi ketika mereka datang beberapa kali ke saya,” ungkap Lanny.
Lanny melanjutkan, mahasiswa Pascasarjana ini kemudian datang lagi dan mengatakan kalau mereka akan mendapat dukungan dari Bank NTT, OJK dan GAG. Namun dirinya tidak percaya begitu saja karena tiga lembaga yang disebutkan mahasiswanya adalah tiga lembaga besar. Namun ketidakpercayaan ini dijawab oleh seorang mahasiswanya, Verry Guru dengan mengatakan jika seminar tersebut akan tetap berlangsung karena dirinya bersama teman-temannya tidak main-main dalam mempersiapkan kegiatan seminar tersebut.
“Lewat cerita singkat ini saya mau katakan, mahasiswa IAKN Kupang yang mungkin selama ini didengar sebagai kumpulan mahasiswa yang hanya fokus dengan kegiatan-kegiatan kampus untuk mendapatkan pendidikan dan tidak mampu berbuat apa-apa, mereka membuktikan kepada saya bahwa mahasiswa IAKN mahasiswa kelas B, mereka berhasil merancang sebuah kegiatan yang sungguh bermartabat disiang ini,” kata Lanny lagi.
Sekretaris Panitia Seminar, Simson Kause, S.Pd dalam laporannya mengatakan, tujuan seminar antara lain, agar masyarakat generasi milineal mendapat pengetahuan, informasi dan keyakinan tentang literasi finansial dan aneka produk lembaga keuangan. Kemudian agar masyarakat generasi milineal memiliki kecakapan atau keahlian dalam menggunakan dan mempercayakan produk tersebut.
Setelah mengetahui betapa pentingnya literasi keuangan, lanjut Simson, masyarakat generasi milenial terhindar dari aneka penipuan berkedok investasi. Selain itu, agar masyarakat generasi milineal cerdas dalam memilih dan memilah aneka produk investasi dari berbagai lembaga keuangan yang ada di NTT. Dan masyarakat generasi milineal dapat mengetahui peran dan kontribusi media massa dalam mendukung kegiatan literasi di NTT.(epo)