Amanuban, swaratimor.co.id – Kunci utama menuju kesuksesan pembangunan dan kemajuan daerah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah kerja kolaboratif.

Penegasan ini disampaikan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) saat memberikan sambutan dalam Launching Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Integrasi Pengembangan Hutan Energi dan Peternakan Rakyat di Kawasan Besipae Kecamatan Amanuban Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kamis (27/10/2022)

“Untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan maka harus hadirkan kerja kolaborasi. Tidak akan ada keberhasilan kalau kerja sendiri-sendiri. Segala bentuk kemajuan dunia ini adalah hasil dari kerja kolaboratif. Dan saya harapkan untuk juga kerja dengan melakukan hal-hal besar pada bidang pertanian, peternakan, perikanan, pariwisata, energi dan industri,” ungkap VBL seperti rilis Biro Administrasi Pimpinan Setda NTT.

“Saya sangat mengapresiasi Program Kosabangsa ini karena mendorong pengembangan potensi di wilayah Besipae ini dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, PLN, dan para akademisi melalui analisis dan riset ilmu pengetahuan. Dengan penanaman lamtoro ini membantu suplai energi biomasa dan juga mendukung peternakan,” ujarnya.

Mesin Pencacah

Dalam kesempatan tersebut, VBL juga mengingatkan amanat Presiden Jokowi terkait dengan kesiapksiagaan negara menghadapi krisis pangan global yang diprediksi akan terjadi 2023 mendatang.

“Dunia sedang mengalami ancaman kirisi pangan dan energi. Kita harus siapkan dengan baik peningkatan produksi pangan kita. Mari kita terus kerja untuk pengembangan Kelor, Jagung, Sorgum dan Hortikultura serta tanaman komoditi lainnya untuk pendukung kebutuhan pangan kita,” ucap VBL.

“Beberapa program yang telah dilakukan Pemerintah bersama masyarakat dengan sinergitas melibatkan pihak pendukung lainnya seperti perbankan telah menunjukkan hasil positif. Diantaranya Kelor dan Jagung. Kini banyak masyarakat yang ekonomi rumah tangganya sudah berumbuh, baik melalui program pengembangan kelor dan Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS). Di Sumba itu ada anggota masyarakat yang dapat membeli mobil dari pendapatannya melalui Program TJPS ini,” ungkap VBL lagi.

“Kita lihat di Sumba Barat Daya itu mereka mampu panen jagung program TJPS dari lahan seluas 36.000 hektare. Dan kini mereka menuju pada 50.000 hektare. Ini bukti kerja dengan visi dan misi yang besar bukan kerja kecil-kecilan. Itu sangat luar biasa dan saya minta para Bupati dan masyarakat di NTT untuk meniru semangat kerja program TJPS dari Sumba Barat Daya ini. Nanti kita akan rayakan HUT Provinsi NTT tahun 2022 ini di Sumba Barat Daya,” jelas Gubernur.

Ia juga mengatakan Pemerintah Provinsi NTT terus bekerja dengan pengembangan program untuk energi baru terbarukan diantaranya pemanfaatan energi panas matahari, angin dan arus laut. Serta desain model kawasan perdagangan bebas di area perbatasan negara RI (Wini) – Timor Leste (Oekusi).

Ketua Tim Program Kosabangsa Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Sc, Ph.D. menjelaskan, Program ini sebagai bentuk kolaboratif antara Universitas Nusa Cendana, Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten TTS dan juga PLN.

“Tujuannya adalah pemanfaatan sumber daya hutan yang ada di Besipae dan kawasan sekitarnya termasuk Kecamatan Amanuban Selatan dan Kot’olin dengan pengembangan hutan energi sekaligus untuk menghasilkan wood chips bagi substitusi batubara yang kita sebut co-firing sekaligus pengembangan peternakan rakyat disini,” jelas Fredrik.

“Juga bantuan 40.000 anakan lamtoro bantuan sapi dan juga mesin copper (bantuan dari PLN) dan mesin ini sudah di set up di Desa Oetuke Kecamatan Kot’olin,” tambahnya.

Wakil Rektor IV Universitas Nusa Cendana Bidang Perencanaan, Kerja Sama dan Sistem Informasi Dr. Jefri S. Bale, ST., M.Eng, menjelaskan Program Kosabangsa ini pilot project tahun 2022 dari Kemendibud Ristek untuk pengembangan universitas dan program prioritas pemerintah daerah.

“Yang dilaksanakan melalui pogram ini (disini) juga untuk peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan lahan untuk penanaman lamtoro dan kaliandra merah untuk menghasilkan material biomasa pengganti batubara untuk proses co-firing pada pembangkit listrik tenaga uap di PLTU Bolok. Kapasitas yang dibutuhkan PLTU Bolok itu sekitar 600 ton per hari. Ini sangat membuka peluang yang besar kepada masyarakat untuk peningkatan ekonomi,” ungkap Jefri.

Untuk diketahui dalam kegiatan tersebut juga dilaksanakan penanaman Lamtoro oleh Gubernur secara simbolis dan juga penyerahan bantuan 25 ekor sapi masing-masing untuk Desa Oetuke sebanyak 7 ekor, Desa Kot’olin sebanyak 3 ekor, Desa Panite sebanyak 5 ekor, Desa Oebeti sebanyak 5 ekor dan Desa Oeleu sebnnyak 5 ekor dan juga 1 mesin pencacah untuk Desa Oetuke.(enq)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: