Kupang, swaratimor.co.id – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Kayat memastikan jika 33 Kura-Kura yang didatangkan dari kebun Binatang Metropolitan terbesar di Amerika Serikat, Bronx Zoo ke Kota Kupang, Selasa (8/8/2023) adalah Kura-Kura endemic Rote.
Kura-Kura Rote Leher Ular atau Chelodina Mccordi itu telah menempuh perjalanan panjang dari Bronx Zoo Amerika ke Singapura dan dari Singapura ke Jakarta. Lalu dengan menggunakan pesawat Garuda, Kura-Kura tersebut tiba di Kantor SKW II BBKSDA NTT di Kota Kupang sekira pukul 13.30 Wita.
“Speciesnya sama dengan yang ada di Rote karena sebelum didatangkan, kita pastikan dulu genetiknya benar-benar asli pulau Rote baru bisa dikembalikan, Jadi tidak sembarangan jenis lain dikembalikan ke kita. Harus benar-benar murni dari Pulau Rote baru dikembalikan,” kata Kayat di Kupang.
Kayat menjelaskan, species Kura-kura Rote Leher Ular atau Chelodina Mccordi ini dulu banyak di Pulau Rote Provinsi NTT. Namun akibat belum dilindungi maka perburuan liar terhadap hewan leher panjang ini tidak dapat dibendung. Akihirnya terjadi istilahnya extinct in the wild atau punah di alam.
“Sejarahnya ini endemic Pulau Rote. Dulu di tahun 1970-1980 ini banyak tapi terjadi perburuan yang tidak terkendali. Waktu itu Kura-Kura ini belum dilindungi dan terjadi perburuann terus menerus akhirnya di Rote habis akibat di eksport para pencinta Binatang sampai di Pulau Rotenya nggak ada tapi diluar negeri malah banyak. Yang sekarang di repatriasi dari Singapura itu yang berkembang biak di Amerika, Eropa. Jadi sebenarnya dulu banyak tapi karena kesalahan kitalah sehingga terjadi istilahnya punah di alam. Untuk mengembalikan lagi dia kea lam perlu usaha yang lebih besar, salah satunya adalah melalui repatriasi ini,” jelas Kayat.
33 Kura-Kura Rotet Leher Ular ini, kata Kayat, akan dilatih di Kupang selama 3-6 bulan sebelum dilepasliarkan ke habitatnya di Pulau Rote.
“Kami sudah siapkan tempatnya di Rote. Jadi dulu banyak habitatnya, ada 33 lokasi. Kita survey ada 3 lokasi yang berkemungkinan. Terus kita teliti lagi dari sisi kualitas air ternyata cuma satu di danau Laedoloe yang dari sisi kualitas air, habitatnya memenuhi standar. Dua danau lainnya belum,” ungkap Kayat.
Dia menambahkan, 33 Kura-Kura Rotet Leher Ular yang didatangkan ini terdiri dari 8 ekor Kura-Kura betina dan 25 lainnya Jantan.
Sementara Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT, Arief Mahmud mengaku terharu dengan kedatangan kura-kura Rote leher ular ini. Sebab Kura-Kura Rote ini merupakan satwa langka yang populasi alamiahnya di Pulau Rote saat ini sudah diperkirakan punah di alam liar.
Menurutnya, upaya repatriasi atau pemulangan 33 kura-kura tersebut merupakan kali kedua setelah tahap pertama dilakukan tahun 2021 lalu, dimana ada kurang lebih 12 kura-kura Rote Leher Ular yang dikembalikan ke Pulau Rote dan telah bertelur dua kali.
“Saat ini kita memiliki 53 butir telur dan sedang dilakukan upaya penetasan di incubator. Mungkin dalam waktu 60 hingga 90 hari kedepan, kita bisa mendapatkan bayi-bayi kura-kura Rote yang baru,” sebut Arief.(epo)