Kupang, swaratimor.co.id – Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G.L. Kalake dalam pidato pembangunan NTT yang mengangkat tema Nusantara Baru Indonesia Maju dan sub tema NTT Maju dan Sejahtera Menyongsong Indonesia Emas 2045, Kamis (15/8/2024) mengatakan presentasi kemiskinan di NTT menurun dari 19,96 persen tahun 2023 menjadi 19,48 persen atau 1,13 juta orang pada Maret 2024.
“Pertumbuhan NTT berlangsung dalam inflasi yang dapat dikendalikan, dimana Juli 2024 inflasi NTT adalah 0,85 persen year on year. Ini merupakan prestasi karena NTT adalah yang terbaik kedua di antara seluruh Provinsi di Indonesia. Hal ini diikuti dengan presentasi kemiskinan yang menurun dari 19,96 persen tahun 2023 menjadi 19,48 persen atau 1,13 juta orang pada Maret 2024. Ini berkurang 0,48 persen atau 13,54 ribu orang. Sementara itu tingkat kemiskinan ekstrim pada tahun 2023 mencapai 3,93 persen atau menurun 2,63 persen dibandingkan tahun 2022,” kata Ayodhia di Aula Utama El Tari Kantor Gubernur NTT.
Mengawali pidatonya, Ayodhia mengatakan melalui peringatan Hari ulang tahun ke-79 Kemerdekaan Indonesia, semua masyarakat NTT diajak untuk semakin memperkokoh semangat persatuan dan gotong royong dalam mewujudkan tiga agenda transisi yang sangat strategis untuk mewujudkan cita-cita pendiri bangsa yakni, menyongsong Ibu Kota baru, pergantian kepemimpinan dan Indonesia Emas 2045.
Menurut Ayodhia, ditengah ketidakpastian ekonomi global, pertumbuhan ekonomi nasional tetap baik, dimana pada triwulan II 2024, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,05 persen year on year melanjutkan trend positif di triwulan I sebesar 5,11 persen. Sementara tingkat inflasi nasional Juli 2024 sebesar 2,13 persen atau turun jika dibandingkan bulan sebelumnya 2,51 persen.
Pemerintah, diakui Ayodhia terus berkomitmen melalui berbagai kebijakan dan kerja nyata untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2024 pada rentang 4,7 – 5,5 persen year on year dan inflasi pada kisaran 2,5 persen.
Ayodhia mengatakan, sejak dilantik menjadi Penjabat Gubernur NTT pada 5 September 2023, dirnya bersama dengan jajaran Pemerintah Provinsi NTT terus berupaya dan bekerja keras untuk menjaga ritme dan keberlanjutan pembangunan di daerah ini dengan tetap berpedoman pada aturan atau regulasi yang berlaku. Waktu setahun tentu bukanlah waktu yang lama untuk bisa mengurai dan mengatasi berbagai permasalahan yang ada di daerah ini. Namun melalui koordinasi, semangat kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait, kami terus berusaha untuk menyelesaikan berbagai agenda pembangunan sesuai tugas dan kewenangan Penjabat Gubernur seperti diamanatkan regulasi yang ada.
“Saya juga menyadari bahwa kebijakan yang diambil Pemerintah dapat berhasil apabila mendapat dukungan yang penuh dari masyarakat dan seluruh elemen pemangku kepentingan strategis di daerah ini. Dalam kurun waktu satu tahun ini beberapa capaian pembangunan selama berlangsung ditengah berbagai kekuatan, kelemahan dan peluang dan juga ancaman lingkungan global,” ungkap Ayodhia.
Lebih lanjut Ayodhia mengatakan, Pemerintah terus berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu dan anak melalui berbagai upaya seperti penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan evaluasi yang terus-menerus.
“Angka kematian Ibu pada tahun 2023 sebanyak 135 kasus atau menurun dibandingkan tahun 2022 sejumlah 171 kasus. Sampai dengan bulan Juli tahun 2024 terdapat 71 kasus. Begitupun, untuk kasus kematian bayi tahun 2023 juga mengalami penurunan yakni 1.065 kasus dibandingkan tahun 2022 1.139 kasus. Sampai dengan Juli 2024, jumlah kasus kematian bayi mencapai 521 kasus,” jelas Ayodhia.
Pemerintah Provinsi NTT, sebut Ayodhia lagi, terus Pemerintah Provinsi juga terus berupaya untuk menekan laju perkembangan penyakit endemik seperti Malaria dan DBD dengan mempromosikan empat pilar strategi pencegahan dan pengendalian, yakni pertama, memperkuat surveilans kasus dan surveilans vektor didukung dengan laboratorium yang memadai; kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita di fasilitas kesehatan; ketiga, meningkatkan pemberantasan vektor secara terpadu bersama masyarakat; dan keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan penanggulangan KLB.
“Pada tahun 2023, jumlah kasus penyakit malaria mengalami penurunan sebanyak 6.968 dengan kasus kematian sebanyak 4 orang dibandingkan dengan 2022 sejumlah 15.812 kasus dengan 9 kematian. Hal yang sama juga untuk kasus DBD Tahun 2023 di mana mengalami penurunan menjadi 2.652 kasus dengan jumlah kematian 15 kasus dibanding dengan Tahun 2022
3.376 kasus dengan 29 orang meninggal. Kita patut berbangga bahwa mulai tahun Oktober 2023 Pemerintah Pusat menetapkan NTT khususnya Kota Kupang sebagai salah satu lima daerah/kota untuk Piloct Project Implementasi Teknologi Wolbachia untuk mengatasi penyebaran penyakit DBD,” terang Ayodhia.(epo)