Oelamasi, swaratimor.co.id – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur membutuhkan dukungan dan kerja kolaboratif dari berbagai pihak untuk mengembangkan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki bumi Flobamorata.

NTT merupakan salah satu negeri istimewa dari Tuhan. Karena semua ada di NTT, baik itu kekayaan alam yang luar biasa di laut dan di darat, kemajemukan suku, budaya, bahasa serta agama. Bahkan hewan purba langka di dunia yaitu Komodo juga ada di NTT serta masih banyak lagi kekayaan alam lainnya yang menjadikan NTT sebagai new tourism territory.

“Semua ini tentu menjadi modal bagi masyarakat NTT untuk keluar dari berbagai stigma negative yang telah disematkan untuk provinsi ini. Untuk mengotimalkan berbagai potensi yang ada ini, Pemerintah tidak dapat bekerja sendiri, perlu dukungan dan kerja kolaboratif dari berbagai pihak,” kata Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Kesbangpol Provinsi NTT, Yohanes Oktovianus pada seminar cinta rupiah dalam mengentaskan kemiskinan di Provinsi NTT yang diselenggarakan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang, Jumat (30/9/2022).

Dalam seminar yang berlangsung di gereja Ebenhazer Tarus Barat Kabupaten Kupang itu, Oktovianus diawal sambutannya, mengatakan kegiatan seminar ini merupakan wujud nyata dan perhatian semua pihak dalam upaya pembangunan di Provinsi NTT.

“Tolak ukur kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteran masyarakatnya. Jika kita berbicara tentang kesejahteraan masyarakat, sejak zaman dahulu pun para pendiri bangsa telah mengupayakan terciptanya suatu kesejahteraan melalui suatu peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tidak sampai disitu saja, berbagai upaya terus dilakukan oleh para generasi penerus bangsa melalui para pemimpin dalam menciptakan suatu kebijakan dengan tujuan mulia, yakni kesejahteraan rakyatnya,” kata Oktovianus lagi.

Menurut Oktovianus, Pemerintah Provinsi NTT terus berupaya meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dengan program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) melalui pola kemitraan, pengembangan Sorgum dan Kelor dan budidaya Ikan Kerapu, rumput laut serta Lobster. Demikian pun dengan pengembangan garam rakyat serta pengembangan peternakan untuk memenuhi kebutuhan garam dan daging nasional dengan melibatkan berbagai pihak sehingga kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dengan daya beli tetap terjaga.

“Berbagai program dan upaya pengembangan UMKM juga akan terus dikerjakan sehingga produk-produk UMKM kita dapat terus bersaing di pasar nasional maupun internasional. Dalam kesempatan yang baik ini, saya berharap para peserta seminar dapat memberikan pemikiran-pemikiran yang konstruktir untuk kemajuan daerah ini. Saya terus mengajak setiap kita untuk memberikan sumbangsih yang bermanfaat dengan cara apapun untuk berkontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan di NTT sehingga secara bersama kita dapat mewujudkan NTT bangkit mewujudkan masyarakat sejahtera dalam bingkai NKRI,” ungkap Oktovianus.   

Ketua panitia seminar, Valerry Guru sebelumnya dalam laporannya mengatakan, tujuan seminar ini ada tiga, pertama memperkuat pandangan masyarakat NTT dalam perspektif theologis antropologis serta memahami peran strategis Bank Indonesia perwakilan NTT mengentaskan kemiskinan. Kedua, memperkuat pandangan masyarakat NTT dalam membangun model kolaborasi antara gereja, pemerintah dan pihak perbankan. Ketiga, menemukan model kolaboratif yang efektif antara gereja, pemerintah dan pihak perbankan serta dunia usaha dalam mengentaskan kemiskinan.

Sementara Pendeta Niko yang tampil sebagai narasumber dalam seminar ini menggantikan Ketua Sinode GMIT yang sedang berada diluar negeri, mengatakan kontribusi GMIT dalam pengentasan kemiskinan di NTT didasari pada pokok-pokok eklesiologi GMIT.

“Pokok-pokok eklesiologi GMIT merupakan dokumen yang sangat mendasar bagi GMIT untuk menentukan bagaimana corak kehadiran GMIT ditengah-tengah pergumulan masyarakat dan dunia. Tetang kemiskinan, disampaikan disana bahwa ada kemiskinan structural dan kultural. Struktural adalah struktur kekuasaan. Kultural itu kebiasaan kita mebangun hidup, cara kerja, cara hidup yang memang akhirnya membawa kita pada kondisi miskin,” kata Pendeta Niko.

Sedangkan Wakil Ketua Kadin NTT, Yusak Benu dalam kesempatan ini mengajak kaum muda NTT untuk tidak takut berusaha mengembangkan potensi yang dimiliki dan tidak bergantung pada pekerjaan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).(epo)

Loading

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: