Kupang, swaratimor.co.id – Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), Rabu (16/8/2023) menyampaikan pidato pembangunan dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 kemerdekaan Republik Indonesia tingkat Provinsi NTT.
Mengawali pidatonya Gubernur VBL mengatakan, ketika dirinya bersama Josef Nae Soi mulai memimpin NTT, keduanya mulai dengan membangun narasi baru yang menggambarkan NTT sebagai provinsi luar biasa kaya yang memberi harapan sebagai negeri terjanjikan yang dianugerahkan Tuhan.
“NTT bangkit dimulai dengan merevolusi cara pandang yang memerdekakan kita dari stigma keterbelakangan yang menjajah dan melemahkan. Seperti kata Bung Karno: “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” NTT bangkit dimulai dengan merevolusi cara pandang yang memerdekakan kita dari stigma keterbelakangan yang menjajah dan melemahkan. Seperti kata Bung Karno: “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka,” kata VBL di Aula El Tari Kupang.
Beberapa capaian pembangunan secara makro, sebut VBL, Tingkat pertumbuhan ekonomi NTT pada Triwulan II Tahun 2023 mencapai 4,04 persen (Year on Year). Sebelumnya, di masa pandemik covid-19, pertumbuhan ekonomi sempat mengalami kontraksi dengan pertumbuhan minus 2,28. Sementara itu, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita NTT pada tahun 2022 sebesar Rp21,7 juta, meningkat dibanding tahun 2018 sebesar Rp18,42 juta.
“Pertumbuhan ekonomi NTT berlangsung dalam inflasi yang dapat dikendalikan, dimana pada Juli 2023 inflasi 3,88 persen year on year (YoY). Hal ini diikuti dengan persentase kemiskinan yang menurun dari 21,35 persen tahun 2018 menjadi 19,96 persen pada Maret 2023 atau menurun 1,39 persen. Seiring dengan itu, tingkat pemerataan pembangunan yang diukur dari indeks gini yakni 0,355 di tahun 2019 menjadi 0,325 pada periode Maret 2023 dan lebih rendah dari rata-rata nasional 0,388,” kata VBL.
Selain itu, lanjut VBL, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga mengalami peningkatan sebesar 1,51 poin yakni 64,39 pada tahun 2018 menjadi 65,90 di tahun 2022. Kenaikan itu disebabkan oleh kenaikan usia harapan hidup dari 66,38 tahun 2018 menjadi 67,47 tahun 2022; harapan lama sekolah juga meningkat lebih baik pada tahun 2022 yakni 7,70 dibanding 7,30 di tahun 2018. Demikian pula angka pengeluaran per kapita naik menjadi Rp 7,87 juta pada tahun 2022 dibanding tahun 2018 sebesar Rp 7,56 juta.
Capaian pembangunan bidang kesehatan, kata VBL, persentase stunting selama lima tahun berturut-turut mulai tahun 2018 sampai dengan 2023 menunjukkan tren penurunan yang besar.
“Pada tahun 2018, prevalensi stunting 35,4 persen atau sebanyak 81.434 balita dan menurun tajam pada pengukuran Februari 2023, yakni 15,7 persen atau 67.518 balita,” ungkap VBL.
Menurutnya, penurunan stunting secara signifikan ini tidak lepas dari kebijakan Pemerintah NTT untuk menggunakan aplikasi Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) untuk menangani stunting dengan by name, by adress dan menolak menggunakan Survey Status Gizi Indonesia (SGSI).
“Pemerintah Provonsi NTT telah melayangkan protes kepada Menteri Kesehatan tentang penggunaan pengukuran stunting dengan metode SGSI dan Kementerian Kesehatan telah menyetujui penggunaan e-PPBGM untuk menilai perkembangan stunting di NTT sebagai pengecualiannya,” sebutnya.
“Kita juga terus berkomitmen untuk menekan angka kematian ibu dan anak melalui berbagai upaya seperti penguatan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, peningkatan fasilitas kesehatan dan evaluasi yang terus-menerus. Angka kematian Ibu selama tiga tahun terakhir menunjukan penurunan di mana pada tahun 2021, angka kematian ibu sebanyak 181 kasus dan tahun 2022 berjumlah 171 kasus. Sampai dengan Juli 2023 terdapat 74 kasus. Sementara itu, untuk kematian bayi sampai dengan bulan Juli tahun 2023 mencapai 449 kasus atau menurun dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 1.139,” sambungnya.(epo